Pada11 September 1599, Cornelis de Houtman, dibunuh oleh Laksamana Keumala Hayati . Pada 11 September 1599, Cornelis de Houtman, dibunuh oleh Laksamana Keumala Hayati Indonesia Berdaya; Cek Viral; NUSANTARA Jabodetabek; Jawa Barat; Jawa Tengah & DIY; Jawa Timur; kalimantan; Sulawesi; Sumatra; Bali Nusa Tenggara;
Sejak dahulu kala, Indonesia yang dikenal Nusantara pada saat itu merupakan salah satu kepulauan di belahan Timur yang terkenal menghasilkan rempah-rempah terbaik. Hal itu menyebabkan orang-orang Eropa di benua barat merasa tertarik dan berusaha untuk mengunjunginya. Salah satunya adalah Cornelis de Houtman. Pelaut Belanda yang sukses menginjakkan kakinya di Tanah Air lewat Banten pada 27 Juni 1596. Berbekal informasi dari para pelaut pada akhir abad ke-16, ia berangkat dari pelabuhan Amsterdam bersama empat kapal dagang yang mengiringi. kedatangan Cornelis de Houtman di Nusantara, menjadi cikal bakal penjajah Belanda mulai bercokol di Indonesia. Tergiur karena cerita-cerita di kalangan pedagang Cornelis de Houtman tertarik menjelajah ke sisi Timur dunia setelah mendapat informasi dari kalangan pedagang Eropa tentang keberadaan Pulau “Surga” yang tersembunyi. Kawasan tersebut, diyakini memiliki kekayaan alam berupa rempah-rempah. Cornelis de Houtman pun segera mempersiapkan pelayaran setelah dirinya ditunjuk oleh Para otoritas saudagar Belanda. Dalam The Cradle of Colonialism 1963, George Masselman menyebutkan bahwa armada Cornelis de Houtman berangkat dari Amsterdam menuju Lisboa, Portugal. Tujuannya untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang keberadaan pulau misterius tersebut. Membentuk serikat dagang Belanda Setelah menghabiskan waktu selama dua tahun di Portugal, ia pun memutuskan untuk kembali pulang ke negerinya. Saat itulah, ia berjumpa dengan seorang Belanda lainnya yaitu Jan Huygen van Linschoten. Ia merupakan pedagang yang bekerja untuk kerajaan Portugis di India. Dari van Linschoten inilah, Cornelis mendapatkan informasi berharga tentang keberadaan Nusantara yang konon kaya akan rempah-rempah. Pada 1594, Cornelis de Houtman bersatu dengan seluruh pedagang Belanda dan membentuk Compagnie van verre te Amsterdam perusahaan jarak Jauh yang berpusat di Amsterdam. Perserikatan dagang baru ini dibentuk untuk menemukan kepulauan yang menghasilkan rempah-rempah. Hingga pada 2 April 1595, Cornelis de Houtman ditunjuk agar segera angkat sauh dan mulai berlayar pada 2 April 1595. Sampai di Nusantara dengan korban ratusan nyawa Diiringi oleh empat kapal, Amsterdam, Hollandia, Mauritius, dan Duyfken, Conelis de Houtman memulai penjelajahannya menuju sisi Timur dunia. Nahas, karena tipisnya stok makanan, banyak kru kapal yang tewas karena menderita penyakit sariawan. Tak jarang, konflik internal antara kapten kapal dan kru juga jadi masalah tersendiri. Pengaruh iklim tropis yang berbeda dengan cuaca di Belanda, juga membuat banyak kru dari keempat kapal tersebut berguguran satu demi satu. pada 27 Juni 1596, rombongan armada Cornelis de Houtman tiba di pulau Banten. Dilansir dari total, ada sekitar 249 orang yang selamat sampai di tujuan. Para saudagar asing ini, awalnya diterima dengan baik oleh otoritas setempat. Namun sayang, karena perangai buruk seperti keluar masuk kota seenaknya, banyak dari mereka yang ditangkap oleh petugas keamanan kesultanan Banten. Sukses temukan Indonesia meski harus terusir keluar Akibatnya pun sungguh fatal. Para pedagang asing asal Belanda, termasuk Frederick de Houtman yang merupakan kakak Cornelis, dijebloskan ke dalam penjara. Alhasil, dirinya pun harus mengeluarkan denda berupa uang untuk membebaskan sang kakak. Tingkah polah mereka pun harus dibayar mahal pada saat itu. Dilansir dari Cornelis beserta rombongan dagang Belanda lainnya, terpaksa digiring keluar dan diusir dari tanah Banten. Meski tak berhasil menemukan rempah-rempah yang dicari, Cornelis de Houtman berhasil menemukan jalur pelayaran menuju ke Indonesia. Dirinyalah yang nantinya membuka jalan bagi pelaut-pelaut Belanda lain untuk datang kembali ke tanah Nusantara. Bukan sebagai pedagang, melainkan berubah menjadi penjajah yang kelak mendirikan kolonialisme di Indonesia selama ratusan tahun lamanya. Tak heran jika Indonesia dijajah Belanda di kemudian hari. Selain tertarik dengan potensi rempah-rempahnya, kolonialis Eropa tersebut hendak melebarkan bisnis pedagangannya lebih luas. Bahkan hingga saat ini pun, Indonesia masih diincar oleh penjajah asing secara halus yang mengincar SDA dan sumber lainnya.
KORANMAKASSARCOM — Cornelis de Houtman (lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 - meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada
- Dua kapal besar berbendera Belanda tampak merapat ke Pelabuhan Aceh pada pertengahan Juni 1599. Dua kapal tersebut dinakhodai oleh dua bersaudara, yakni Frederick dan Cornelis de Houtman. Semula, kedatangan mereka disambut dengan baik. Namun, kelak Cornelis justru mati di tangan seorang perempuan tangguh, Laksamana Laut Kesultanan Aceh Darussalam, Malahayati. Pelayaran ke Aceh menjadi tujuan yang ke sekian kalinya bagi de Houtman bersaudara di wilayah Nusantara. Apesnya, nyaris seluruh upaya menemukan pusat rempah-rempah itu berujung kegagalan. Banten, Madura, hingga Bali, sebelumnya telah disambangi, namun selalu berakhir dengan pertikaian kontra warga lokal lantaran tabiat kaum pelaut Belanda yang memang kurang Serambi Mekah, petualangan kakak-beradik ini berakhir. Frederick sempat ditawan pasukan Aceh dan cukup mujur karena akhirnya bisa pulang ke Belanda. Sementara Cornelis bernasib jauh lebih buruk. Nyawanya pungkas di ujung rencong Laksamana Malahayati dalam duel satu lawan satu yang berlangsung di atas kapalnya Istana Berjiwa Tentara Nama aslinya Keumalahayati meskipun ia lebih dikenal dengan sapaan yang lebih singkat Malahayati. Perempuan pemberani ini masih termasuk keluarga inti kerajaan. Ayahnya, Laksamana Mahmud Syah, adalah keturunan Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah 1513–1530, pendiri Kesultanan Aceh Darussalam Rusdi Sufi dalam Ismail Sofyan, eds., Wanita Utama Nusantara dalam Lintasan Sejarah, 199430.Sejak kecil, Malahayati tidak terlalu suka bersolek. Ia lebih gemar berlatih ketangkasan yang kelak membawanya menuju cita-cita yang memang didambakannya menjadi panglima perang. Bakat itu mengalir langsung dari ayah dan kakeknya yang pernah menjabat sebagai laksamana angkatan laut Kesultanan Aceh Darussalam pernah diperintah oleh beberapa ratu atau sultanah. Pada periode selanjutnya pun Aceh cukup lekat dengan kepemimpinan para wanita tangguh macam Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan seterusnya. Maka, tidak terlalu dipermasalahkan jika pada akhirnya Malahayati memilih jalur militer sebagai pilihan hidupnya. Ia merupakan salah satu hasil didikan Mahad Baitul Makdis, akademi ketentaraan Kesultanan Aceh Darussalam yang merekrut beberapa orang instruktur perang dari Turki Solichin Salam, Malahayati Srikandi dari Aceh, 199526. Malahayati tampaknya memang sangat berbakat di jalan yang harus ditempuh dengan berjibaku sebagai salah satu lulusan terbaik di Mahad Baitul Makdis membawa Malahayati ke level yang lebih tinggi. Pada era Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil 1589-1604, ia ditunjuk menjadi Komandan Istana Darud-Dunia–Kepala Pengawal sekaligus Panglima Protokol Istana–menggantikan suaminya yang gugur saat menghadapi Portugis di Teluk Haru, perairan Alauddin juga memberi Malahayati kepercayaan untuk menduduki pucuk pimpinan tertinggi angkatan laut kerajaan dengan pangkat laksamana, jabatan yang pernah pula diemban oleh ayah juga kakeknya. Menurut Endang Moerdopo dalam Perempuan Keumala 2008xi, Malahayati disebut-sebut sebagai laksamana laut perempuan pertama di Nusantara, bahkan mungkin di dunia. Duel Melawan Kapten Belanda Malahayati tidak hanya memimpin tentara yang didominasi golongan pria, ia juga menggalang kekuatan kaum wanita, terutama para janda yang ditinggal mati suaminya dalam perang di Teluk Haru, sama seperti dirinya. Menurut Damien Kingsbury dalam Peace in Aceh 2006195, barisan janda pemberani pimpinan Malahayati ini dikenal dengan nama Inong Balee. Awalnya, pasukan Inong Balee hanya beranggotakan orang. Namun kemudian kekuatannya bertambah menjadi personel. Malahayati menjadikan Teluk Lamreh Krueng Raya sebagai pangkalan militernya, dan di perbukitan yang terletak tidak jauh dari situ ia membangun benteng sekaligus menara memang tampak menonjol pada masa-masa itu. Selain mengelola pasukan, ia juga mengawasi seluruh pelabuhan dan bandar dagang di wilayah Aceh Darussalam, beserta kapal-kapalnya. Saat itu, kesultanan memiliki tidak kurang dari 100 buah kapal berukuran besar yang masing-masing bisa mengangkut lebih dari 400 pada 21 Juni 1599, rombongan penjelajah Belanda yang dipimpin de Houtman bersaudara merapat ke dermaga milik Aceh Darussalam. Ibrahim Alfian dalam Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah 199967 menyebutkan bahwa dua kapal besar yang datang itu bernama de Leeuw dan de Leeuwin. Frederick dan Cornelis de Houtman bertindak sebagai kapten masing-masing kapal tersebut. Infografik Mozaik Keumalahayati. hubungan para pendatang dari Eropa itu dengan rakyat dan Kesultanan Aceh Darussalam terjalin baik-baik saja. Sampai kemudian, akibat tingkah orang-orang Belanda serta provokasi dari seorang Portugis yang dipercaya oleh Sultan Alauddin, mulai muncul benih-benih situasi yang mulai panas, Frederick dan Cornelis berkoordinasi di atas kapal mereka, mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan yang mungkin bakal datang. Dan memang benar, Sultan Alauddin memerintahkan kepada Laksamana Malahayati untuk menyerbu dua kapal Belanda yang masih bertahan di Selat Malaka terjadilah pertempuran di tengah laut. Armada Belanda rupanya kewalahan menangkal ketangguhan pasukan Malahayati yang jumlahnya ribuan, termasuk barisan janda berani mati. Hingga akhirnya Laksamana Malahayati berhasil mencapai kapal Cornelis de Houtman dan saling menggenggam erat rencong di tangannya, sementara si kapten Belanda bersenjatakan pedang. Duel satu lawan satu pun terjadi. Pada satu kesempatan di tengah pertarungan, Malahayati berhasil menikam Cornelis hingga tewas. Peristiwa itu terjadi pada 11 September 1599, tepat hari ini 421 tahun silam. Armada Belanda kalah dan kehilangan banyak orang. Sedangkan mereka yang tersisa ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara, termasuk saudara Cornelis, Frederick de Houtman. Peristiwa heroik ini dikisahkan kembali oleh Marie van C. Zeggelen dalam buku berjudul Oude Glorie 1935.Beberapa warsa selepas pertempuran itu, Laksamana Malahayati wafat dengan meninggalkan nama besar yang bahkan diakui oleh bangsa-bangsa Eropa Fenita Agustina, ed., 100 Great Women Suara Perempuan yang Menginspirasi Dunia, 201087. Jenazah Sang Srikandi dari tanah rencong dikebumikan di kaki Bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh kemudian, lebih dari 400 tahun berselang, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyematkan gelar Pahlawan Nasional untuk Malahayati pada 6 November 2017. Kini orang tahu, Aceh bukan hanya punya Cut Nyak Dien atau Cut Meutia, tapi juga punya sosok perempuan lainnya yang tak kalah perkasa, laksamana wanita pertama di dunia, Malahayati. - Humaniora Penulis Iswara N RadityaEditor Irfan Teguh
Bacalahparagraf narasi sejarah berikut!Tahun 1596 Cornelis de Houtman beserta armadanya berhasil mencapai KepulauanNusantara. Ia dan rombongan mendarat di Banten. Sesuai dengan niatnya untukberdagang maka kehadiran Cornelis de Houtman diterima baik oleh rakyat Banten.Dengan melihat pelabuhan Banten yang begitu strategis dan adanya hasil
- Cornelis de Houtman adalah seorang penjelajah yang lahir di Belanda pada 2 April 1565. Ia adalah penjelajah yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah untuk Belanda. Cornelis de Houtman pertama kali mendarat di kepulauan nusantara yaitu di daerah ini membawanya berlanjut ke ekspedisi-ekspedisi lain yang berujung pada praktik kolonialisme di Nusantara. Baca juga Indische Partij Pendiri, Latar Belakang, Program Kerja, dan Penolakan Awal Perjalanan Pada tahun 1592 silam, Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdam ke Lisboa guna menemukan sebanyak mungkin informasi tentang kepulauan Cornelis ke Amsterdam, bersamaan juga dengan Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang ini memastikan bahwa Banten menjadi tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka pun mendirikan compagnie van Verre Perusahaan jarak jauh dan pada 2 April 1595, empat buah kapal berangkat meninggalkan Amsterdam. Kapal tersebut adalah Amsterdam, Hollandia, Mauritius, dan Duyfken. Sejak awal, perjalanan mereka sudah terkendala dengan berbagai masalah, salah satunya penyakit sariawan yang merebak.
Belandaadalah negara yang paling lama menjajah Indonesia. Selain Belanda, bangsa-bangsa Barat yang datang ke Indonesia pada masa penjajahan adalah Portugis, Spanyol, dan Inggris. Seorang pelaut Belanda Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi ke Indonesia. Pada tahun 1595, armada de Houtman mengarungi ujung selatan Afrika, selanjutnya terus
– Dilansir dari wikipedia, Cornelis de Houtman lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 dan meninggal di Aceh pada tanggal 11 September 1599 pada umur 34 tahun yang merupakan saudara dari Frederik de Houtman adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda. Saat itu Kerajaan Portugis mempunyai monopoli terhadap perdagangan tersebut dan perjalanan de Houtman adalah kemenangan simbolis bagi pihak Belanda meski perjalanan tersebut sebenarnya berlangsung kedatangan de Houtman, Kerajaan Portugis telah lebih dahulu memonopoli jalur-jalur perdagangan di Nusantara. Meski ekspedisi de Houtman banyak memakan korban jiwa di pihaknya dan bisa dikatakan gagal, namun ekspedisi de Houtman yang pertama ini merupakan kemenangan simbolis bagi pihak Belanda karena sejak saat itu kapal-kapal lainnya mulai berlayar untuk berdagang ke perjalanan Cornelis de Houtman Awal perjalanan Cornelis de Houtman di muali pada tahun 1592 dimana ia dikirim oleh para saudagar Amsterdam ke Lisboa/Lisbon, Portugal untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai keberadaan “Kepulauan Rempah-Rempah”. Pada saat de Houtman kembali ke Amsterdam, penjelajah Belanda lainnya, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Setelah mendapatkan informasi, para saudagar tersebut menyimpulkan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan perseroan Compagnie van Verre yang berarti “Perusahaan jarak jauh”, dan pada 2 April 1595 berangkatlah ekspedisi perseroan ini di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Tercatat ada empat buah kapal yang ikut dalam ekspedisi mencari “Kepulauan Rempah-rempah” ini yaitu Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan de Houtman sudah direcoki banyak masalah sejak awal. Penyakit sariawan merebak hanya beberapa minggu setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di antara para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat direncanakan, masalah lebih lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan. Teluk di Madagaskar tempat mereka berhenti kini dikenal sebagai “Kuburan Belanda”. Kematian Cornelis de Hotuman Tahun 1598, Cornelis de Houtman bersama saudaranya Frederick de Houtman diutus lagi ke tanah Nusantara di mana kali ini ekspedisinya merupakan ekspedisi dalam jumlah besar. Armada-armadanya telah dipersenjatai seperti kapal perang. Pada 1599, dua buah kapal pimpinan de Houtman yang bernama de Leeuw dan de Leeuwin berlabuh di ibukota Kerajaan Aceh. Pada awalnya kedua kapal ini mendapat sambutan baik dari pihak Aceh karena darinya diharapkan akan dapat dibangun kerjasama perdagangan yang saling menguntungkan. Dengan kedatangan Belanda tersebut berarti Aceh akan dapat menjual hasil-hasil bumi, khususnya lada kepada dalam perkembangannya, akibat adanya hasutan dari pihak Portugis yang telah lebih dahulu berdagang dengan Kerajaan Aceh, Sultan Aceh menjadi tidak senang dengan kehadiran Belanda dan memerintahkan untuk menyerang kapal-kapal mereka. Pemimpin penyerangan adalah Laksamana Keumala Hayati. Dalam penyerangan ini, Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya tewas sementara Frederick de Houtman ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Frederick de Houtman mendekam dalam tahanan Kerajaan Aceh selama 2 tahun. Selama di penjara, ia menulis buku berupa kamus Melayu-Belanda yang merupakan kamus Melayu-Belanda pertama dan tertua di Nusantara.
Padatahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdan ke Lisboa. Para pedagang itu memastikan bahwa kota Banten adalah tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van verre yang memiliki arti perusahaan jarak jauh, Pada 2 April 1595, mereka membawa empat buah kapal meninggalkan
- Pada 27 Juni 1596, rombongan bangsa Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Banten. Cornelis de Houtman pun menjadi orang Belanda yang pertama kali berhasil mendarat di Nusantara. Meski rombongan Cornelis de Houtman akhirnya diusir dari Banten, tetapi ekspedisinya memiliki arti penting bagi sejarah Belanda dan apa arti penting pendaratan Cornelis de Houtman dalam sejarah kolonialisme dan imperialisme Belanda di Indonesia? Baca juga Cornelis de Houtman Jalur Pelayaran dan Akhir Hidupnya Mewariskan jalur pelayaran bagi penjelajah Belanda Pada 2 April 1595, bangsa Belanda mengirim ekspedisi penjelajahan samudra ke dunia Timur untuk mencari kepulauan rempah-rempah. Saat itu, sebanyak empat kapal yang membawa 249 awak dan dilengkapi 64 meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Pada 27 Juni 1596, ekspedisi Cornelis de Houtman berhasil tiba dengan selamat di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat saat itu. Kedatangan mereka di Banten awalnya disambut hangat oleh sultan dan masyarakatnya. Alasan Sultan Banten menyambut baik kedatangan bangsa Belanda pada 1596 adalah Belanda hanya berkonsentrasi pada masalah perdagangan. Namun, para awak kapal akhirnya menunjukkan tabiat buruk dan tidak menghormati masyarakat setempat. Itulah yang membuat Cornelis de Houtman dan seluruh awak kapalnya diusir dari Banten. Baca juga Alasan Sultan Banten Menyambut Baik Kedatangan Belanda Penolakan yang ditunjukkan oleh masyarakat Banten juga tidak lepas dari hasutan para pedagang Portugis, yang berusaha menghalangi Belanda berdagang di Nusantara. Portugis, yang lebih dulu datang, menghasut masyarakat setempat untuk mengusir Belanda. Setelah diusir dari Banten, Cornelis de Houtman membawa rombongannya menyusuri pantai utara Jawa dan sempat singgah di Bali. Pada 26 Februari 1957, Cornelis de Houtman kembali ke Belanda dengan rombongan yang tidak lagi utuh, bahkan hanya tersisa 87 orang karena berbagai sebab. Pelayaran Cornelis de Houtman sebenarnya tidak terlalu sukses. Ekspedisinya belum menemukan pusat rempah-rempah di timur Nusantara, meski telah berkorban banyak awak kapal. Namun, di sisi lain, Cornelis de Houtman berhasil membawa banyak rempah-rempah untuk menunjukkan keberhasilan itu, ekspedisi pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman telah mewariskan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia bagi penjelajah Belanda berikutnya. Baca juga Mengapa Belanda Tidak Berhasil Menguasai Banten? Awal penjajahan bangsa Belanda di Indonesia Sejak pelayaran Cornelis de Houtman ke Nusantara, perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling bersaing untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia. Pada 1598, sebanyak 22 kapal milik lima perusahaan Belanda yang berbeda berlayar ke Nusantara. Ekspedisi kedua yang pertama tiba di Nusantara adalah rombongan yang dipimpin oleh Jacob van Neck. Kedatangan Belanda ke Indonesia untuk kedua kalinya berusaha memperbaiki kesalahan yang dilakukan ekspedisi Cornelis de Houtman. Rombongan Jacob van Neck bersikap lebih ramah dan menghargai masyarakat Banten. Selain itu, rombongan kedua ini memberi cendera mata berupa tempat minum dari emas murni kepada penguasa Banten. Berbekal kepandaian mereka dalam berdiplomasi, rombongan Jacob van Neck diterima dengan baik oleh masyarakat Banten. Baca juga James Lancaster, Pelaut Inggris Pertama yang Mendirikan Loji di Banten Hubungan baik tersebut semakin terlihat saat Banten mengizinkan Belanda mendirikan kator dagang atau loji setelah memberikan jaminan sejumlah uang. Tidak hanya itu, armada pimpinan Jacob van Neck juga menjadi yang pertama tiba di kepulauan rempah-rempah Maluku pada Maret 1599. Pada 1599-1600, mereka telah kembali ke Belanda dengan mengangkut banyak rempah-rempah dan keuntungan yang diperoleh mencapai 400 persen. Banyaknya keuntungan itu semakin memikat Belanda, yang kemudian membentuk Vereenigde Oost-Indische Compagnie VOC pada 1602 yang menyatukan para pengusaha Belanda. Pada 1602, di Banten juga telah terdapat empat loji milik Belanda dan VOC berhasil mengganggu Portugis yang sebelumnya memonopoli perdagangan di Nusantara. Sehingga, dapat dikatakan bahwa dalam waktu sekitar lima tahun sejak pendaratan Cornelis de Houtman di Banten, Belanda telah memulai penjajahan di Indonesia. Itulah mengapa, ekspedisi Cornelis de Houtman bisa dibilang gagal, tetapi juga dapat dianggap sebagai keberhasilan bagi Belanda. Referensi Fenetiruma, Melkisedek Bagas. 2018. Masa Kolonial. Singkawang Maraga Borneo Tarigas. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
IPSSekolah Menengah Pertama terjawab Pengganti Cornelis de Houtman dalam menguasai Indonesia adalah Jawaban 4.4 /5 10 adrian4047 daendels maaf kalo dlh yayayayayayayyayayayay idih iwau follow dong cuy ok Lihat komentar lainnya Sedang mencari solusi jawaban IPS beserta langkah-langkahnya? Pilih kelas untuk menemukan buku sekolah Kelas 5 Kelas 6
seperti nya sihh pada tanggal 1 september 1599 karena dia meninggal pada tanggal itu karena jika pemimpin wafat akan langsung di gantikan 1599 cuma tau tahunnya doang
1 Pulau Jawa dibagi menjadi 9 profector. 2) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Balanda. 3) Melaksanakan kerja rodi (seperti pembuatan jalan anyaer - panarukan) 4) Mendirikan badan - badan pengadilan. 5) Meperebaiki gaji para pegawai dan memberantas korupsi.
Cornelis de Houtman Wikimedia Commons JAKARTA - Cornelis de Houtman, seorang penjelajah asal Belanda adalah orang yang pertama kali menemukan rute perjalanan laut dari Eropa ke Hindia -sekarang Indonesia. Mulanya ia berekspedisi hanya untuk membeli rempah-rempah. Namun, belakangan ia mulai membuat onar. Konon, ekspedisinya yang kedua ditandai sebagai dimulainya masa penjajahan kolonial Belanda terhadap Indonesia. Semuanya bermula pada tahun 1592, dikutip dari Europeana, saat itu Cornelis de Houtman dikirim ke Lisbon oleh kongsi pedagang Amsterdam untuk menggali informasi tentang Kepulauan Rempah. Saat itu, isu mengenai Kepulauan Rempah memang sedang menjadi buah bibir di Eropa. Tugas pertama pun selesai. De Houtman kembali ke Amsterdam. Pada saat bersamaan, Jan Huygen van Lonschoten juga baru saja pulang dari India dengan tugas yang sama. De Houtman, Van Lonschoten dan para pedagang akhirnya berkumpul dan urun rembug menentukan lokasi mana yang hendak mereka tuju. Para kongsi pedagang memutuskan, lokasi yang hendak dituju selanjutnya yakni Bantam Banten. Mereka menakar di sana peluang untuk memboyong rempah-rempah besar. Pada 1594 para kongsi pedagang tersebut mendirikan perusahaan bernama 'Compagnie van Verre' dan pada hari ini, 2 April, pada akhir abad 16 atau pada tahun 1595, empat kapal pedagang yang dipimpin De Houtman pergi menuju Hindia. Keempat kapal tersebut adalah Amsterdam, Hollandia, Mauritius, dan Duyfken. BACA JUGA Sempat singgah lama di Madagaskar, akhirnya rombongan kapal dagang De Houtman tiba di Pelabuhan Banten pada 22 Juni 1596, pada pendaratan mereka yang pertama, hanya mambawa tangan kosong. Menurut catatan Europeana, hal itu mungkin karena mereka jadi korban kelicikan pedagang Portugis yang sudah lebih dulu berada di sana. Selain itu, perilaku pedagang Belanda memang tak bijaksana. Akhirnya mereka]emutuskan untuk berlayar menuju Madura di bagian timur Hindia. Di sana, mereka diterima dengan damai oleh penduduk setempat. Namun apabila, catatan Europeana benar, watak tidak bijaksana Cornelis de Hotman malah membawanya pada tindakan kekacauan. Tindakan ramah penduduk setempat malah dibalas dengan air tuba. Houtman dan rombongan merasa takut dikhianati penduduk setempat, maka mereka secara brutal menyerang penduduk sipil dan melarikan diri dengan kapal mereka. Mereka baru mendapatkan hasil yang mereka cari rempah-rempah, pada 26 Februari 1597. Akhirnya mereka bisa membawa hasil ke kampung halaman mereka, Amsterdam. Namun di tengah jalan kapal-kapal Portugis tak tinggal diam. Mereka merebut pasokan air dan persedian perbekalan rombongan ekspedisi. Dari 249 awak kapal, hanya 87 yang berhasil kembali ke Belanda. Meskipun perjalanan itu menelan banyak korban jiwa dan finansial, namun mereka dinilai tetap mencapai titik impas. BACA JUGA Ekspedisi kedua Pada tahun berikutnya, enam ekspedisi dikerahkan kembali dari Belanda untuk pergi ke Hindia. Pada masa ini pula dianggap sebagai awal penjajahan Belanda pada Hindia. Pada pelayarannya yang kedua, Armada Dagang Belanda sudah dipersenjatai layaknya kapal perang. Di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan saudaranya Frederijk de Houtman pada 21 Juni 1599, mereka memasuki pelabuhan Banda Aceh dan diterima dengan wajar sebagai layaknya kapal dagang negara sahabat. BACA JUGA Namun, Cornelis bersaudara mengkhianati kepercayaan Sultan. Mereka membuat manipulasi dagang, mengacau, menghasut, dan membuat keributan lainnya. Hal itu membuat Sultan mengambil langkah tegas dengan menugaskan kepada Panglima Armada Inong Balee Laksamana Malahayati untuk menyelesaikan pengkhianatan tersebut. Armada Inong Balee kemudian menyerbu kapal-kapal Belanda yang menyamar sebagai kapal dagang. Pertempuran satu lawan satu berlangsung di atas geladak kapal-kapal Belanda. Cornelis de Houtman mati ditikam oleh Malahayati sendiri dengan rencongnya, sementara saudaranya Frederijk de Houtman ditawan.
CONTOHTEKSNET - Dilansir dari wikipedia, Cornelis de Houtman (lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 dan meninggal di Aceh pada tanggal 11 September 1599 pada umur 34 tahun) yang merupakan saudara dari Frederik de Houtman adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda.
Cornelis de Houtman lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 – meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34 tahun[1] adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda. Cornelis de Houtman bersama armadanya tiba pada 27 Juni 1596 di perairan Banten,[1] lalu kembali lagi pada 14 Agustus 1597 membawa 240 kantong lada, 45 ton pala, dan 30 bal bunga pala.[2] Keberhasilannya ini membuka jalan bagi ekspedisi-ekspedisi selanjutnya yang berujung pada praktik kolonialisme di Nusantara.
CORNELISDE HOUTMAN Adalah pelaut Belanda yang menginjakkan kakinya di Banten pada 27 Juni 1596. Awalnya ia tertarik untuk datang ke Tanah Air karena sempat mendengar kabar keberadaan pulau yang kaya raya akan penghasilan alamnya, termasuk rempah-rempah, yang terletak di belahan dunia bagian timur. Armada Cornelis baru sampai di pulau
Jakarta - Cornelis de Houtman berasal dari Belanda dan merupakan seorang penjelajah. Dikutip dari ensiklopedia Britannica, ia lahir pada tahun 1540 dan meninggal pada 1599 di Aceh. Ia merupakan sosok yang sering diperbincangkan dalam sejarah bersama saudara laki-lakinya, Frederik de Houtman, adalah penjelajah Belanda yang pertama kali tiba di Hindia Timur, atau kini dikenal sebagai Indonesia. Dulunya, wilayah Hindia Timur merupakan bagian dari monopoli perjalanan Cornelis de Houtman hingga sampai ke Indonesia?Pada mulanya, Cornelis dan Frederik dikirim ke Lisbon pada 1695 sebagai perwakilan sembilan pedagang Belanda. Tapi, mereka dipenjara oleh Portugis karena mencoba mencuri rute rahasia menuju Hindia 1595, mereka dibebaskan dan kembali ke Amsterdam. Lalu, Cornelis ditunjuk sebagai pemimpin empat kapal dagang bernama Verre Company, dengan tujuan ekspedisi Cornelis de Houtman untuk melakukan perdagangan di Hindia ini berangkat ke Hindia Timur pada 2 April 1595 dengan petunjuk navigasi dari Jan Huyghen van Linschoten. Mereka sampai di Hindia Timur, tepatnya di pelabuhan buku 'IPS Jilid 5' karya tim New Teaching Resource, kedatangan ini tak disambut baik rakyat Banten karena sikap mereka yang kasar dan bengis. Walau begitu, Cornelis de Houtman dan yang lain kembali ke Banten dua tahun kedatangan yang kedua, mereka disambut baik karena bersikap lembut dan ramah. Sekitar tahun 1596-1601, kapal dagang Belanda dari berbagai perusahaan masuk ke Indonesia untuk jual beli rempah-rempah. Persediaan rempah di Belanda berlimpah, namun harganya turun kekacauan tersebut, pada 1601, anggota parlemen Belanda Johan van Oldenbarnevelt mengusulkan penyatuan seluruh perusahaan dagang di bawah satu naungan. Kemudian lahir lah Verenigde Oost-Indische Compagnie VOC atau Perusahaan Dagang Hindia didirikan pada 20 Maret 1602 dengan modal 6,5 juta gulden. Perusahaan dagang ini lalu memonopoli perdagangan rempah di Indonesia dengan hak jual beli dimonopoli tidak boleh melakukan jual beli dan harus menjual rempah hanya pada VOC dan dengan harga yang ditentukan VOC. Selain itu, semua kebutuhan petani juga harus dibeli dari VOC dengan harga dari itu sangat merugikan rakyat. Apalagi, kedatangan Belanda semakin lama tidak hanya untuk berdagang, melainkan juga menguasai wilayah Hidup Cornelis de Houtman. Klik selanjutnya>>> Simak Video "Singgah ke Tugu VOC, Peninggalan Belanda di Halmahera" [GambasVideo 20detik]
. qmk7zf6lij.pages.dev/414qmk7zf6lij.pages.dev/169qmk7zf6lij.pages.dev/194qmk7zf6lij.pages.dev/367qmk7zf6lij.pages.dev/43qmk7zf6lij.pages.dev/63qmk7zf6lij.pages.dev/383qmk7zf6lij.pages.dev/270
pengganti cornelis de houtman dalam menguasai indonesia adalah